Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia
menurut tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan
Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes internasional dan data seperti
tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada di posisi
terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Dua kekuatan utama pendidikan,
yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di
Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura.
Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin
penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil
tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan seperti
jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.
Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan
bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting namun tidak sepenting
memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan biaya
adalah ukuran yang mudah tetapi yang lebih kompleks dampak yang lebih
kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat
membuat perbedaan besar. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama
Pearson, mengatakan negara-negara yang berhasil adalah yang memberikan status tinggi pada guru dan memiliki “budaya” pendidikan.
Lalu apa yang salah??
manajemen sistem pendidikan tak ubahnya dengan manajemen proyek secara
umum, yang terdiri atas sub-sub bagian seperti manajemen SDM, waktu,
biaya, resiko, dan lain sebagainya yang saling berkaitan. Berikut
beberapa catatan yang perlu dicermati terkait dengan sistem pendidikan
Indonesia saat ini:
- Pendanaan. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia
memang terus ditingkatkan, akan tetapi hal tersebut masih harus juga
digunakan untuk hal-hal yang tepat. Pendanaan BOS (Biaya Operasional
Sekolah) yang sedang diterapkan saat ini memang cukup membantu, akan
tetapi perlu dicermati pula mengenai distribusi serta sasaran dari
pendanaan tersebut. Di wilayah-wilayah tertentu seorang siswa (dari
kalangan mana saja baik kaya maupun miskin) dapat terbebas dari uang
SPP dari SD Negeri hingga SMA Negeri, namun di wilayah-wilayah lain hal
tersebut masih belum dapat terlaksana.
Bila masalah biaya kemudian disepelekan, maka bisa kita lihat bahwa
negara-negara dengan peringkat pendidikan papan atas, seperti Finlandia
sebenarnya memiliki alokasi anggaran pendidikan yang relatif tinggi.
Merendahkan masalah ini dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan
terhadap fenomena guru yang merangkap tukang ojek di Indonesia.
Masalah pendanaan pendidikan juga akan berimbas langsung terhadap
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu daya tarik
pendidikan Jerman adalah tersedianya semua sarana yang dibutuhkan untuk
melatihkan keterampilan, praktek pendidikan, dan pendukung keilmuan.
- Permasalahan Metode dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Metode “Spoon Feeding” yang diterapkan mulai dari TK hingga SMA atau
bahkan Perguruan Tinggi masih menjadi andalan di Indonesia, dimana guru
yang bertindak aktif menyuapi ilmu kepada siswa yang hanya bertindak
pasif. Presiden SBY saat temu nasional 2009 di Jakarta pada tanggal 29
Oktober 2009 pun pernah mengkritisi hal ini, “”Saya ingatkan
Mendiknas, coba sejak TK, SD, SMP, SMA itu metodologinya jangan guru
aktif siswa pasif, dan hanya sekedar mengejar ujian, rapor. Kalau itu
yang dipilih, maka anak-anak bersekolah tidak berkembangkreativitasnya,
inovasi dan jiwa wirausahanya”.
Lebih lanjut disampaikan bahwa jiwa wirausaha atau entrepreneurship
merupakan hal yang sangat penting dan harus dipupuk sejak kecil,
sehingga pendidikan nasional tidak hanya melahirkan para pencari kerja
tetapi pencipta lapangan kerja. Bila kita cermati sistem pendidikan
Jerman biasa kita lihat bahwa sistem menyediakan pilihan yang
komperhensif bagi siswa, apakah mau menjadi ilmuwan atau menjadi seorang
yang siap kerja dengan keahlian khusus setelah melalui pendidikan.
Semua siswa melalui tes penentuan minat bakat terlebih dahulu sebelum
kemudian memilih jalur sekolah yang akan diambil. Hasil tes menjadi
bahan pertimbangan bagi siswa dan orang tuanya untuk menentukan
pilihan.
- Pengajaran Nilai Sikap dan Bukan Pengejaran Nilai Raport.
Pendidikan nilai di Indonesia memang memiliki alokasi yang minim.
Sebagai contoh, selama 4 tahun kuliah di pendidikan tinggi di
Indonesia, pembelajaran nilai umumnya hanya selama 2 sks dalam satu
semester. Menurut beberapa pengamat pendidikan, sistem pendidikan di
Indonesia masih membuat pengdikotomian terhadap pendidikan nilai dan
pendidikan sekuler. Pendidikan nilai umum diajarkan di pesantren
misalnya, dan tidak terintegrasi dengan pendidikan di lembaga
non-keagamaan. Di lembaga pendidikan formal non-keagamaan pun,
penanaman sikap dinilai kurang. Siswa dan guru lebih terfokus pada
nilai raport dan UN, sehingga nilai menjadi segala-galanya di
Indonesia.
- Manajemen Pendidikan. Wewenang untuk mengambil
kebijakan prinsipil dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dipegang
oleh pemerintahan pusat. Artinya, pemerintahan daerah belum berani
mengambil otoritas untuk menentukan masa pendidikan dasar atau corak
seragam di sekolah formal. Dengan demikian standarisasi pendidikan di
manapun di Indonesia seyogyanya adalah sama. Di Jakarta atau di
Manokwari, semestinya standar pendidikan untuk tingkat sekolah dasar
sama, Namun perlu dipertimbangkan bahwa akses pada dunia pendidikan di
wilayahwilayah Indonesia adalah tidak sama.
Sebagai contoh bagaimana konsep manajemen pendidikan di jerman, I Made
Wiryana dalam sebuah milis tentang pendidikan di Jerman. Dia menuliskan
bahwa konsep pendidikan di Jerman adalah cenderung pemerataan hak
mendapatkan pendidikan. Ini berlaku untuk orang asing atau orang Jerman
yang tinggal di Jerman. Artinya secara konsep yang diutamakan adalah
pemerataan pendidikan daripada pencapaian puncak-puncak hasil
pendidikan. Dia memberikan contoh bahwa ketika hasil PISA
rendah, seluruh Jerman panik. Akan tetapi, ketika ada anak-anak Jerman
yang dapat penghargaan, orang menganggap hal itu biasa saja. Hal ini
terbalik dengan Indonesia yang sangat bangga terhadap prestasi anak
bangsa yang mengharumkan nama Indonesia di dunia. Contoh lain adalah
jika karier anda sebagai orang lembaga pendidikan ingin maju di Jerman,
anda harus pindah ke kampus-kampus kecil (di kota kecil). Beliau
menjelaskan bahwa prinsip ini membuat pemerataan kualitas pendidikan
terjadi secara alami. Dan lagi-lagi, ini berbeda dengan Indonesia.
Salah satu upaya yang bisa dijadikan starting point bagi
upaya perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan Indonesia adalah
dengan mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Hal ini bisa dilakukan
dengan melakukan kaji banding dengan sistem negara lain yang lebih
baik, sehingga bisa menjadi gambaran bagi kita, bagaimana kita bisa
memperkuat yang menjadi kelebihan sistem pendidikan indonesia dan
memperbaiki kekurangan yang ada. Melalui peningkatan kualitas sistem
pendidikan Indoneisa, kelak Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan
berada di barisan terdepan dalam usaha mewujudkan dunia yang lebih
baik lagi. Laporan diatas juga menekankan pentingnya guru berkualitas
tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini
meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji yang pantas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar